Haram Jadah, Menuju Sajadah
Oleh : Adi Kabarani Repadjori (AKR)
Sempat tersentak, tertegun, dan terdiam saat membaca postingan dari Ahmad Ali, calon Gubernur Sulawesi Tengah periode 2025-2030, yang memancarkan ketulusan jiwa kepada publik.
Ungkapan jujur mengenai perjalanan hidupnya yang penuh liku dan kelam di masa lalu merupakan tindakan yang sangat berani. Tidak mudah bagi seseorang yang ingin maju dalam kontestasi politik untuk secara terbuka mengakui bagian-bagian kelam dalam kehidupannya.
Ahmad Ali, yang pernah terjerat kasus narkoba dan dihukum selama enam bulan penjara, dengan jiwa besar menyampaikan kisah ini kepada seluruh masyarakat Sulawesi Tengah melalui akun media sosial resminya. Ia seolah tak ingin membebani publik dengan spekulasi tentang siapa dirinya. Dengan transparansi penuh, ia mengakui kesalahannya dan telah menjalani konsekuensinya.
Kejujuran ini mengingatkan kita, rakyat Sulawesi Tengah, bahwa pemimpin sejati adalah mereka yang berani jujur—mereka yang telah menyelesaikan urusan pribadi, baik dirinya maupun keluarganya. Ahmad Ali memberikan contoh penting akan nilai kejujuran, yang harus menjadi dasar setiap pribadi yang ingin memimpin.
Seperti yang pernah disampaikan oleh seorang filsuf setelah era Socrates, "Gudang jiwa yang dipenuhi sampah-sampah kamuflase akan menggiring seseorang pada kemunafikan dan kepalsuan." Maka, untuk menghindari sifat-sifat ini, kita harus membersihkan sampah-sampah tersebut dengan kejujuran.
"Jujurlah pada dirimu sendiri, terimalah masa lalumu dengan lapang dada. Yakinlah, perjalanan hidup itu penuh liku, tetapi semua adalah bagian dari takdir."
Pada akhirnya, pilihan kita adalah: memilih figur "haram jadah menuju sajadah" atau "sajadah menuju haram jadah". Siapakah yang berani jujur berikutnya?