Politikus NasDem Sorot Masalah Sinyal Telekomunikasi di Morut Tak Kunjung Stabil
- By REDAKSI --
- Sunday, 11 Feb, 2024
Foto : Wakil Ketua I DPRD Morowali Utara, Wahyu Hidayat Sudirman, S.IP. (Dok/Ist)
MOROWALI UTARA, Sararamedia.net - Permasalahan sinyal telekomunikasi di wilayah Tepo Asa Aroa Kabupaten Morowali Utara (Morut), Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng), masih menjadi pekerjaan rumah yang serius.
``Jika diabaikan, maka persoalan ini akan terus menyulitkan masyakarat dalam berkomunikasi dan mengakses informasi,`` ucap Wakil Ketua I DPRD Morut, Wahyu Hidayat Sudirman (WHS) di Kolonodale, Sabtu siang, (10/2/2024).
Menurutnya, meskipun upaya telah dilakukan melalui program Bakti dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), namun masih terdapat tantangan dalam meningkatkan kualitas sinyal, terutama di daerah-daerah yang dikenal sebagai blankspot telekomunikasi.
``Pekan kemarin saya sudah berkoordinasi dengan Dinas Kominfo Sulteng untuk mencari solusi agar penyelesaian masalah sinyal telekomunikasi ini bisa diprioritaskan. Nanti menunggu lagi data-data yang dibutuhkan dari Kominfo Morut,`` kata dia.
Politikus NasDem berharap di tahun ini, masalah lemahnya sinyal telekomunikasi di wilayah itu segera teratasi. Sebab, dampak dari permasalahan ini sangatlah signifikan. Masyarakat menjadi terbatas dalam mengakses layanan penting seperti telepon, internet dan pesan.
Hal ini tak hanya berdampak pada komunikasi personal, tetapi juga pada aspek sosial, ekonomi dan pendidikan. Akses yang terbatas terhadap informasi dan teknologi juga dapat menjadi hambatan dalam pengembangan potensi ekonomi lokal serta pendidikan masyarakat.
Oleh karena itu, Wahyu menilai diperlukan upaya serius dan komprehensif dari berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah, operator telekomunikasi dan masyarakat itu sendiri, untuk mengatasi permasalahan ini.
Upaya peningkatan infrastruktur telekomunikasi, investasi dalam teknologi yang lebih canggih, serta pemberdayaan masyarakat dalam mengelola dan memelihara infrastruktur telekomunikasi lokal dapat menjadi langkah-langkah yang efektif dalam meningkatkan akses komunikasi dan mengatasi permasalahan sinyal telekomunikasi di daerah penghasil Nikel tersebut.
Dengan adanya upaya yang komprehensif dan kolaboratif, diharapkan bahwa masalah sinyal telekomunikasi di Morowali Utara dapat segera diatasi dan masyarakat dapat menikmati manfaat dari akses komunikasi yang lebih baik untuk meningkatkan kesejahteraan dan pembangunan wilayah secara keseluruhan.
``Saya berharap pihak Kominfo Morut bisa segera memberikan data-data yang dibutuhkan agar masalah ini segera teratasi,`` tandasnya.
Terpisah, Kepala Diskominfo Morut, Ivan Mareoli, menyebutkan salah satu permasalahan utama yang dihadapi adalah sinyal yang lemah di daerah blankspot.
Meskipun telah tercover oleh program Bakti, namun sinyal yang diterima masih mengalami kelemahan, menghambat akses masyarakat untuk melakukan komunikasi dan mengakses informasi dengan lancar.
Hal ini tentu menjadi kendala serius dalam era digital saat ini. Dimana, komunikasi dan akses informasi merupakan hal yang sangat vital dalam kehidupan sehari-hari.
``Pada dasarnya daerah blankspot di Morowali Utara sudah tercover dengan adanya program Bakti dari Kemenkominfo Pusat, cuma sinyalnya lemah,`` jelasnya.
Tak hanya itu, masih terdapat beberapa desa di Morowali Utara yang meskipun bukan termasuk dalam kategori blankspot, namun mengalami masalah dengan kualitas sinyal yang kurang memadai.
Contohnya di Desa Uemasi dan Ueruru di Kecamatan Bungku Utara, serta Desa Togo di Kecamatan Petasia Barat. Meskipun telah mendapatkan sinyal, namun kualitasnya masih jauh dari optimal, menyulitkan masyarakat dalam menggunakan layanan telekomunikasi dengan baik.
``Masih ada beberapa desa yang kategori bukan blankspot tapi sudah dapat signal dengan spot-spot tertentu, seperti desa Uemasi, Ueruru dan desa Togo, tapi sinyal kurang bagus,`` katanya.
Ia menambahkan, dalam sebuah Rakornas di Makassar bulan September 2023 lalu, para pemangku kepentingan dari berbagai daerah yang telah mendapatkan pembangunan Base Transceiver Station (BTS) dari program Bakti menyampaikan usulan penting. Mereka mengusulkan agar kuota bandwidth tiap-tiap BTS ditingkatkan, untuk meningkatkan kualitas sinyal.
``Saat ini, kuota bandwidth yang tersedia hanya sebesar 2 Mbps, sementara menurut para ahli BTS yang turut serta dalam Rakornas, idealnya setiap BTS membutuhkan minimal 100 Mbps untuk dapat memberikan sinyal yang optimal``. tutup Ivan. (***)